Museum Malang Tempo Doeloe Piknik ke Masa Silam.
Dear Pejalan Santai, Sebagai Mama dari dua penggemar museum, Alde dan Nailah maka tak lengkap rasanya kalau main ke sebuah kota tapi tak mampir di museumnya. Mengunjungi museum sebuah kota bisa menyibak misteri ups, kisah dibalik sebuah kota. Jadi mudeng gitu sejarahnya, hehe.
Museum Malang Tempo Doeloe Piknik ke Masa Silam |
Ketika mencari informasi tentang museum di Kota Malang, kami tertarik dengan satu museum yang unik. Namanya Museum Malang Tempo Doeloe. Sepertinya beda gitu dengan museum lain. Akhirnya, kami masukkan deh museum ini ke itinerary ala-ala kami. Tempat yang bikin penasaran untuk dikunjungi.
Namanya ini kali pertama aku, Lestari dan dua bocah main ke Malang, kami totally blank dengan kota ini. Kami menjelajah hanya berbekal GPS ponsel dan peta wisata Malang saja. Kejadian deh beberapa kali cerita kocak.
Misalnya, kami sudah semangat menuju alun-alun Malang dengan harapan bisa makan disana. Bayangan kami, alun-alun itu tempatnya para pedagang kaki lima ngetem. Eh, kami terkecoh.
Tak ada penjual makanan di alun-alun Malang, oh no! Bingung cari tempat makan sekitar situ karena kepagian akhirnya makan di restoran fast food 24 jam, McDonald haha. Jauh-jauh ke Malang, makannya tetap wae bareng Ronald.
Peta Kota Malang yang kami dapatkan di Information Center seberang Toko Oen ternyata sangat bermanfaat bagi kami untuk bekal menjelajah Malang. Iyaa, turis ala-ala kayak kami akhirnya masuk ke pusat informasi wisata dan tanya-tanya dengan wajah polos. Hihi, ngapain malu, kan memang turis domestik ini butuh info kan? Daripada nyasar?
meja resepsionis dan beli tiket museum |
Iyaa, dalam rangka mencari museum ini, kami berempat jalan kaki dari Alun-Alun Kota Malang ke Tugu Alun-Alun Bunder. Eh, apa ya, namanya? Duh, untung kedua bocahku nggak ngeluh dan menikmati jalan kaki di Minggu pagi nan segar ini.
Hihi walaupun berasa juga ya kakiku nyut-nyutan tapi senang karena kami sempat mampir ke pasar burung yang keren. Tak hanya burung biasa yang dijual disana tapi juga hewan seperti kucing, marmut hingga burung hantu, hiks kasihan!
membaca-baca buku tentang Kota Malang |
Duh, betapa lega setelah berjalan kaki jauh menembus kerumunan CFD, akhirnya kami berhasil menemukan museum ini. Horee! Tapi karena lelah, kami masuk ke restoran Inggil dulu disebelahnya, untuk isi perut. Ternyata, restoran ini masih bersaudara dengan museum yang kami tuju. Interior restorannya pun layaknya museum. Banyak benda unik dan antik terpajang. Ah, sukaa!
Museum Malang Tempo Doeloe beralamat di Jalan Gajah Mada, Kidul Dalem Kota Malang. Ide awalnya berasal dari Pak Dwi Cahyono tahun 1997.
Pak Dwi Cahyono ingin mengemas sejarah kota ini menjadi sebuah wisata yang menyenangkan. Gagasan ini mulai terwujud saat Inggil Resto, restoran bernuansa tempo doeloe dibangun.
Resto Inggil letaknya persis bersebelahan dengan Museum Malang Tempo Doeloe di Jalan Gajah Mada juga. Jadi sekali jalan kaki jauuh dapat dua tempat seru, hihi. Nah, tahun 2012, gagasan Pak Dwi terwujud. Museum Malang Tempo Doeloe berdiri.
Pak Dwi Cahyono ingin mengemas sejarah kota ini menjadi sebuah wisata yang menyenangkan. Gagasan ini mulai terwujud saat Inggil Resto, restoran bernuansa tempo doeloe dibangun.
Resto Inggil letaknya persis bersebelahan dengan Museum Malang Tempo Doeloe di Jalan Gajah Mada juga. Jadi sekali jalan kaki jauuh dapat dua tempat seru, hihi. Nah, tahun 2012, gagasan Pak Dwi terwujud. Museum Malang Tempo Doeloe berdiri.
fosil binatang dan batu bata peninggalan Mataram Kuno |
Ketika masuk ke area museum, rasanya kok biasa saja. Walaupun memang nyeni dengan berbagai dari barang bekas yang didaur ulang seperti ban mobil yang dicat warna-warni. Ada rak buku di sebelah resepsionis yang berisi buku-buku sejarah Kota Malang untuk dibaca. Menarik minat kefua anakku duduk membaca. Hei, hei, kita kan mau masuk museum!
Hanya saja, bangunan ala galeri ini tidak terlalu luas. Duh, bangunannya saja kecil begini. Apa yang bisa dinikmati? Pikirku sedikit kecewa.
Di kanan kiri meja resepsionis dipajang beberapa karya seni yang Instagramable. Tiket masuk untuk orang dewasa Rp15.000 dan anak-anak Rp.5000. Cukup terjangkau, ya.
Hanya saja, bangunan ala galeri ini tidak terlalu luas. Duh, bangunannya saja kecil begini. Apa yang bisa dinikmati? Pikirku sedikit kecewa.
Di kanan kiri meja resepsionis dipajang beberapa karya seni yang Instagramable. Tiket masuk untuk orang dewasa Rp15.000 dan anak-anak Rp.5000. Cukup terjangkau, ya.
diorama penggalian arca di bawah tanah |
Museum Malang Tempo Doeloe, berisi sejarah Kota Malang dari masa ke masa. Di ruangan pertama, ada diorama Kota Malang yang ternyata benar-benar dikelilingi gunung antara lain Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Persis Kota Magelang ya, dikelilingi gunung jadi mirip mangkok, kotanya tepat di tengah.
Yang menarik, desain museum ini! Begitu masuk museum, kita seperti terlempar ke masa silam. Pakai mesin waktu kayak novel-novel sains fiction. Atau alat ajaibnya Doraemon.
Tak sekadar masuk ruangan dan melihat berbagai benda yang dipajang. Kita seperti menjelajahi Malang di masa lampau,. Suasananya dapat banget, hehe.
Ada diorama arkeolog yang sedang menggali candi di Malang. Ya, kota ini sudah ada sejak zaman prasejarah lho.
Kita bisa mengintip dari atas dengan kaca besar, atau turun ke bawah lewat tangga. Pengap dan agak creepy hehe. Apalagi saat itu kami hanya berempat di ruangan remang-remang, gyaa!
Di ruangan ini juga dipajang beberapa fosil peninggalan Kerajaan Mataram Kuno diantaranya gading dari hewan seperti kerbau, batu bata yang berukir juga pecahan piring dan alat makan penghuni kerajaan hasil penggalian para arkeolog.
Wow, suka terbayang gimana ya, suasana saat itu? Di tanah yang sama, ratusan tahun yang lalu. Mereka makan dan beraktivitas seperti kita saat ini.
Di ruangan ini juga dipajang beberapa fosil peninggalan Kerajaan Mataram Kuno diantaranya gading dari hewan seperti kerbau, batu bata yang berukir juga pecahan piring dan alat makan penghuni kerajaan hasil penggalian para arkeolog.
Wow, suka terbayang gimana ya, suasana saat itu? Di tanah yang sama, ratusan tahun yang lalu. Mereka makan dan beraktivitas seperti kita saat ini.
potret kehidupan masyarakat di masa lalu ada kaki menjuntaii! |
Kami berempat lalu beranjak ke sebuah lorong ditutupi dedaunan plastik dan dingiin. Ya, ternyata kami memasuki Kota Malang pada masa kerajaan pertama masih berdiri yaitu Kerajaan Kanjuruhan.
Keberadaan kerajaan ini berhasil diketahui dari hasil penelitian arkeolog pada Prasasti Dinoyo yang bertanda tahun 760 M. Prasasti ini berisi kisah dan cerita arca batu hitam yang menggantikan arca kayu Cendana milik Raja Gajayana.
kamera kuno pada masa penjajahan Belanda |
"Mama penakut deh, " protes Alde. "Lihat dulu, jangan kabur, "
Hihi. Salahnya, Mama dikagetin. Kirain orang beneran! Haha.
Ada juga papan berisi silsilah keluarga Raja Singosari Majapahit (1222-1292) yang luar biasa panjang. Setelah Kerajaan Kanjuruhan dan Kerajaan Mataram Kuno, pemerintahan dikuasai Kerajaan Majapahit yang berjaya pada masanya.
lambang kota Malang pertama, Malang Nominor Sursum Moveor 1938 |
Hihi, sumpah aku merindiing. Apalagi, saat itu hanya ada kami berempat pengunjungnya. Aura jaman dulu terasa kental. Kita seperti diseret ke masa silam. Mana tak ada penjaga museum satupun. Kami dilepas begitu saja hehe #lebay.
Untungnya, kami nggak kabur karena ingin menikmati museum ini. Menemukannya saja penuh perjuangan je! Masa ditinggal? Hihi. Hello, ada orang disinii?
Lanjut ya kisahnya. Akibat letusan Merapi yang dahsyat, pusat Kerajaan Mataram Kuno akhirnya dipindahkan ke Jawa Timur.
suasana pendopo kabupaten tahun 1934 ada bupatinya duduk di singgasana |
Di Malang pula, berhasil ditemukan arca berharga berupa sosok Ken Dedes asli yang kini dipamerkan di Museum Nasional Jakarta.
suasana penjara belanda, ada rantai dan gelang kakinya hiy |
Di ruangan ini juga dipajang juga replika arca Ken Dedes dan ada patung orang di sebuah rumah-rumahan beratap jerami! Patungnya menatap ke bawah curiga, seolah mengintip kita! Huaa..kageet! Maksudnya apa, coba? Hihihi...apakah itu kau, Ken Arok? Yang sedang mencari Ken Dedes tercinta?
majalah Djawa Baroe yang terbit pada masa penjajahan Jepang |
Pengunjung bisa merasakan suasana Malang ketika bupati memerintah tahun 1934. Lalu, zaman penjajahan Belanda dan Jepang (1943). Juga masa kongres KNIP di Malang pada tahun 1947. Betapa kaya sejarah Kota Malang ya!
Sampul majalah zaman Jepang seorang perempuan memetik apel, kita bak dilempar ke masa silam |
Bung Karno di Kongres KNIP Malang tahun 1947 |
Museumnya tidak luas, bahkan dari luar nampak kecil bangunannya tapi penataan dan desain keren bikin museum ini menarik dan luas. Butuh waktu cukup lama lho menjelajah museum ini. Kita jadi tambah ilmu pengetahuan baru nih, hehe. Seru kan ya, kiddos?
Museum cantik ini buka tiap hari pukul 08.00-17.00. Jangan lupa mampir juga ke Inggil Resto di sebelahnya. Nomer telepon Museum Malang Tempo Doeloe (0341) 6802301. Terima kasih sudah membaca ceritaku ya! Jangan lupa untuk bahagia, hehe.
Museum Malang Tempo Doeloe
Jalan Gajah Mada, Kidul Dalam, Klojen Malang, Jawa Timur
Nomer Telepon (0341) 6802301
Buka Setiap Hari Pukul 08.00-17.00
Wah Alde dan Nay suka museum, wisata sejarah, wah kudu ke museum sangiran di sragen, ama museum di kampoeng bali garut ini mah, ayo nay alde ke museum lagi 😀
ReplyDeletemuseumnya asik kak, jalan jalan terus ya kak dewi :)
ReplyDeletewah ini sih patut dikunjungi secara aku suka museum banget
ReplyDeleteLucu banget. Aku suka desain meja resepsionisnya. *catet* *Kali-kali ke Malang lagi*
ReplyDeletejadi kangen malang dan bakso bakar nya hehehe, eh bakso president enak ngak yaaa ???
ReplyDeleteDiorama itu bikin imajinasi melayang2
ReplyDeleteKapan ya bisa ke sini ...
Mbak Dew bukannya kalau masuk museum selalu ada sensasi mistisnya ya. Hihihi. Apalagi kalau ada benda2 peninggalan zaman dulu. Tapi daya tarik museum di mataku emang itu sih. Ada mistisnya. Hihi.
ReplyDeleteMalang definetely kota yang udah masuk wishlist traveling saya euy. Tahun 2016 mau ke sana belon kesampaian hiiikkksss....
ReplyDeleteMembacanya serasa diajak ikutan berjalan didalam museum dan menghayati satu demi satu barang disana, sampe yang serem-seremnya kerasa juga. Hahaha.
ReplyDeleteMalang dari dulu memang indah ya :)