Rumah Makan Belitong Timpo Duluk di Tanjung Pandan, Belitung. Kami begitu excited ketika Bang Romi dari Visca Tour mengajak kami makan malam. Setelah seharian berkeliling Island Hopping di Belitong, rasanya perutku luar biasa lapar.
Aku agak heran ketika bus kecil kami berhenti di sebuah rumah tradisional. Serius, makan disini? Kelihatan sempit, hehe. Apa muat ya? Saat itu, jam makan malam dan rumah makan misterius ini dipadati pengunjung.
Aku agak heran ketika bus kecil kami berhenti di sebuah rumah tradisional. Serius, makan disini? Kelihatan sempit, hehe. Apa muat ya? Saat itu, jam makan malam dan rumah makan misterius ini dipadati pengunjung.
Baiklah, rombongan kami pun diajak pramusaji menempat sebuah ruangan cukup besar. Maklum, rombongan kami meriah sekali, hehe. Ada beberapa meja tak terlalu besar. Yang menarik perhatian, pajangan dan pernak-pernik yang digantung di dinding. Ada berbagai peralatan pertanian dan pertanian jadul seperti arit dan parang. Ada topi petani dan banyak lagi peralatan unik lainnya. Instagramable banget nih! Ya, rumah makan ini tak hanya menjual makanan tapi juga suasana yang nyaman dan tempo doeloe.
Ternyata, rumah makan ini bercerita bagaimana kehidupan masyarakat Belitong zaman dulu. Dimana kebanyakan mata pencaharian penduduk adalah bertani dan menjadi nelayan. Ada capit topi petani, tampah, keranjang penangkap ikan hingga sepeda ontel! Hihihi.
Tak lama, kami disuguhi berpiring-piring kuliner khas Belitong. Penyajiannya pun unik. Ya, tradisi makan tradisional di Belitung ini adalah cara bedulang. Yaitu makan bersama dalam satu dulang atau piring. Jadi, kami dibagi menjadi beberapa meja dan setiap meja terdiri dari empat orang, disuguhi satu set makanan khas Belitung diatas sebuah dulang.
Isi dulangnya sungguh menggoda iman, dan bikin perut sukses makin keroncongan.
Isinya terdiri dari ikan goreng tepung, ayam ketumbar, lalapan, oseng-oseng, sambal dan tentu saja gangan alias sop ikan berbumbu kunyit dipadukan dengan asam buah nanas dan pedasnya kuah ikan. Ikannya pun segar dan empuk, sedapnyee! Gangan ini menjadi makanan wajib selama kami berada di Belitung. Tiap ke kedai makanan atau restoran, kami disuguhi gangan yang menjadi kuliner khas Belitung. Rasanya ajiib, kuahnya luar biasa nikmat dihirup panas-panas. Amboi!
Nah, selain itu cara makannya juga istimewa. Menurut adat-istiadat Belitung, makan ala bedulang ini, yang muda harus melayani yang usianya lebih tua dulu. Jadi, nggak ada yang namanya rebutan makanan karena lapar, hihihi. Yang usianya lebiih tua boleh memilih makanan yang terhidang lebih dahulu, hahaha. Asyiknya, karena di mejaku adalah Taro dan Rahmi plus krucil jadi otomatis aku tertua, horee! Hihi uzur kok girang seeeh?
"Yang muda, harus melayani yang lebih tua makan dulu," kata Bang Romi.
Suasana langsung hiruk-pikuk haha. Pada menunjukkan KTP dulu hihihi. Suasana jadi makin guyub, seru deh. Taro dan Rahmi mengambilkan makanan yang terhidang untukku dengan saar dan tawakal. Jadi berasa princess padahal karena usinya paling tua hehe.
"Ambilkan yang itu ya dek," ledekku tengil pada Taro dan Rahmi.
Kapan lagi bisa ngerjain mereka berdua, disuruh-suruh dengan mudah? Hahaha.
Kami menyantap hidangan lezat sambil bersenda-gurau. Ya, suasana makan malam di rumah makan ini sangat cair dan guyub. Padahal, kami semua lelah. Apakah efek dari makan bedulang atau aura rumah makan ini bikin kita nyaman dan happy? Hehe.
Kuliner khas Belitung memang kebanyakan dari hasil lautnya. Kita puas menyantap makanan laut yang segar dan nikmat seperti udang, cumi dan kepiting di rumah makan. Aku suka cumi dan udang berbalut tepung disajikan dengan sambal lumpang yang sedap. Padahal, semuanya pantangan dokter untukku hehe. Jadinya, icip-icip tak berani banyak, huhu! Ingat kolesterol, dab! #makangendutgakmakanlemas #besokdiet.
Tapi memang rasanyan puas dan nikmat menyantap hidangan dari Belitong Timpo Duluk ini. Beralamat di Jalan Lettu Mat Daud, Kampung Parit, Kelurahan Parit, Tanjung Pandan Kabupaten Belitung. Tak lama, hidangan yang disajikan pun ludes. Tinggal kami duduk-duduk kekenyangan sambil sesekali memotret suasana rumah makan yang antik ini.
hiasan topi caping di sudut ruangan rumah makan |
Rumah makan ini memang menempati rumah tradisional Belitung yang otentik. Pemiliknya Isyak Meirobi membeli rumah tradisional yang terawat baik dan menyulapnya jadi rumah makan dan mulai beroperasi pada 2013. Ia mengubek-ubek resep kuliner khas Belitung yang tersimpan turun-temurun di keluarga Besarny sejak 1918. Isyak ingin memperkenalkan budaya Belitung yang masyarakatnya suka berkumpul pada pengunjung rumah makannya.
Tak disangka, animo pengunjung menggembirakan. Rumah makan ini dapat menampung 70 orang wah padahal ruangannya terlihat sempit lho. Pegawainya sekitar 20 orang untuk melayani pelanggan dan memasak. Menurut pramusaji, harga satu set dulang ini sekitar 200 ribuan. Keren ya Isyak Meirobi tahu apa yang para wisatawan inginkan ketika berkunjung ke Belitung yaitu menyelami sejarah Belitung tempo dulu.
Duuuu ... semoga aku dan suami bisa segera ke Belitong untuk nyobain makan di sini. Aamiin.
ReplyDeleteItuu.. timun di cocol pake sambel.. wuiihh... Maknyosss
ReplyDeleteWah..unik ya tempatnya..bisa nampung cukup banyak orang pulak..bisa bawa rombongan keluarga besar kesini nih :D
ReplyDeleteSelain kulinernya, ada satu tempat yang ingin kukunjungi kalau berada di Belitung. Entah kenapa aku pengen main ke Pulau Seliuk, salah satu pulau kecil di sana.
ReplyDeleteitu sambal dan ikan gorengnya menggoda banget ituuuu...
ReplyDeleteYummy sekali, jd ngiler nih mbak :-)
ReplyDeletetempatnya eksotis ya mbak...penuh kesahajahan...mmenarik ya bisa melihat tempat lain di luar Indonesia yg penuh pesona
ReplyDelete