Bercanda dengan April di Way Kambas. Alhamdulillah, awal tahun ini keinginanku mengunjungi Lampung terwujud dengan manis.
Bersama rombongan Indonesia Corners, kami diundang oleh Bupati Lampung Timur, Ibu Chusnunia Chalim untuk menghadiri Festival Panen Padi di Raman Utara, Lampung Timur. Liputan acara festivalnya yang memikat nanti di artikel selanjutnya ya, tungguin. Hehe.
Hari kedua di Lampung Timur, rombongan trip Indonesia Corners bersama blogger hits Lampung Bang Endri, Bang Indra dan Bang Yopie menuju Taman Nasional Way Kambas di Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur.
Hari kedua di Lampung Timur, rombongan trip Indonesia Corners bersama blogger hits Lampung Bang Endri, Bang Indra dan Bang Yopie menuju Taman Nasional Way Kambas di Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur.
Semalam, kami menginap di Rumah Dinas Ibu Bupati Lampung Timur, Ibu Chusnaniah di Sukadana, jadi perjalanan kami tak sejauh jika berangkat dari Bandar Lampung. Tapi tetap saja yaa, butuh waktu sejam lebih menempuh 28.5 km.
Sebelum ke Way Kambas, kami mampir ngaso dan makan jeruk Bali Braja yang asem manis di Desa Wisata Brajaharjosari, Lampung Timur. Perjalanan memakan waktu berjam-jam melintasi jalan yang terkadang rusak, tapi kami luar biasa hepi.
Mengunjungi Way Kambas, salah satu bucket listku hihi memangnya Trinity saja yang boleh punya bucket list? Ortuku sudah pernah kesana saat papaku masih bekerja di Kehutanan Palembang.
Mereka berkesempatan mengunjungi Way Kambas saat ada badak yang melahirkan. Waah, pengalaman langka. Selain pusat konservasi gajah, Sumatera, taman nasional ini juga melindungi badak yang juga kian langka.
Taman Nasional Way Kambas luasnya sekitar 1300 meter persegi. Berdiri sekitar tahun 1985. Dulunya, dikenal dengan Sekolah Pelatihan Gajah, kini menjadi Pusat Konservasi Gajah. Saat tiba di gapura Way Kambas, kukira kami sudah sampai. Ternyata, perjalanan masih panjang!
Kami melewati jalanan dengan hutan yang rimbun di kiri kanan kami. Suasana cukup sepi. Sesekali mobil kami berhenti karena ingin memotret kera yang banyak ditemui sepanjang jalan. Waa, ada kera yang menggendong bayinya sambil memanjat!
Langsung deh, kamera para fotografer beraksi. Gemees! Sempat kasih makan juga dengan roti dan biskuit yang kami bawa. Ups, boleh nggak ya?
Tiba di TKP, ada deretan warung kecil dan tempat untuk naik gajah, berkeliling sekitar 10 menit dengan biaya Rp15.000 -Rp20.000. Gajahnya memakai alas duduk di punggung dan didampingi pawang.
Menurut Mas Yopie, lebih seru ikut safari gajah yaitu naik gajah masuk hutan, biayanya sekitar Rp150.000. Jadi seperti di savana Afrika ya! Duh, mupeng. Sayang waktunya sempit karena kami tiba di sana sudah kesiangan. Petugas pun tak tampak karena waktu mendekati salat Jumat.
Mobil terus memasuki kawasan, ada wisma atau penginapan yang kini dihuni para peneliti. Ada juga kolam untuk minum gajah yang luas, tepinya diberi semacam gazebo untuk duduk-duduk.
Siang terik bikin aku mager sebenarnya, haha tapi penasaran dengan Way Kambas yang terkenal ini dan sampai pernah dijadikan lokasi film Cintaku di Way Kambas, dan kini nongol di The Nekad Traveler dengan pemeran utama pawang gajah nu kasep Babang Hamish Daud yang bikin gemeesh haha. Sunset di Way Kambas konon epik banget. Sayangnya, kami masih harus ke Taman Purbakala Pugung Raharja.
Di kejauhan, beberapa hewan darat terbesar di muka bumi ini nampak bersantai makan di padang rumput. Takjub, akhirnya bisa melihat gajah ini di padang luas, di habitat nya, bukan di kebun binatang atau sirkus, sedang beratraksi, hiks.
Gajah Sumatera terancam punah.
Semakin terdesak karena hutan yang semakin berkurang dan diburu perambah. Hewan cerdas dan tak pernah lupa ini sudah masuk kategori hewan langka yang dilindungi.
Diharapkan dengan adanya konservasi seperti ini, gajah Sumatera bisa berkembang biak, dan bisa dilihat anak cucu kita kelak. Nggak hanya dari gambar di buku. Taman Nasional Way Kambas ini ditetapkan sebagai warisan ASEAN sebagai pemghargaan atas usaha pemerintah melindungi gajah dan hewan lainnya.
Menurut artikel yang kubaca, ada dua tempat di Way Kambas ini, pertama konservasi gajah yang kami kunjungi, dan kedua, Way Kanan Resort untuk konservasi badak Sumatera. Untuk masuk konservasi badak harus mengantongi surat ijin dari dinas terkait. Kami tak sempat melongok badak, Insya Allah nanti kembali lagi yaa, hehe aamiin.
Kami turun dari mobil, mendekati seekor gajah yang sedang merumput. Awas, jangan sampai menginjak ranjau! Tahi gajah yang gede banget hihi.
Duh, rasanya ingin menyentuh hewan gagah ini. Bang Endri sibuk memperingatkan kami agar tak dekat-dekat gajah. Salah satu kaki si ganteng ini dirantai tapi tetap saja ya, mereka hewan liar yang tak bisa diprediksi. Bang Yopie nyaris disemprot gajah ketika mendekat dan Bang Endri jejeritan saja. Aku memilih pasang jarak aman, hihi.
Kami kembali naik ke mobil, dan berpapasan dengan seorang pawang yang mengurusi seekor gajah kecil dengan belalai pendek yang aneh.
"Mungkin dari lahir kayak gitu ya?" celetuk seseorang.
Kami terdiam.
Karena kepanasan, kami masuk mobil dan mengelilingi kawasan. Wah, ada rumah sakit gajah lho, gedungnya megah. Beruntung, saat berkeliling kami bertemu dengan pawang gajah, Pak Sukowiyono namanya. Beliau ramah dan antusias ketika kami ajak mengobrol.
Pak Sukowiyono sedang bersama tiga ekor gajah ketika kami datangi. Ia memperkenalkan diri, berasal dari Jawa Tengah. Hehe, pantas logatnya medok banget, Pak. Lelaki bertubuh agak tambun ini sudah menjadi pawang gajah di Way Kambas selama 22 tahun.
Pak Sukowiyono memperkenalkan Mela, Rahmi dan anaknya, April, gajah kecil lincah. Mela masih tahap dididik jadi masih perlu diawasi lebih. Pak Suko membawa tongkat kecil dan makanan berupa pisang untuk gajah.
Setiap Rahmi berpose, diberi makan oleh Pak Suko.
Pak Suko menyuruh Rahmi berpose ala poster iklan sarung gajah duduk dan kami boleh berfoto bareng, dekat sekali.
Bergantian kami memeluk Rahmi. Tubuhnya besar dan luar biasa tebal kulitnya dan kasar. Sedangkan April dan Mela, ikut-ikutan caper dan dihalau Pak Suko, hihi. Bahkan April sesekali nenen! Aak!
Betapa mudahnya jatuh cinta dan sayang pada mereka. Terik Way Kambas tak kami hiraukan.
Hilang sudah lelah perjalanan. Kami bertemu dan bercanda dengan April di Way Kambas! Bayi gajah yang jahil ini April bulan depan tepat berusia setahun lho. Selamat ulang tahun, April!
Alhamdulillah, terima kasih Ibu Bupati Lampung Timur, Ibu Nunik sudah mengundang Indonesia Corners!
Bang Indra dan Hanum bahkan dijepret sedang bercanda dengan Rahmi. Gemesin! Kocaknya lagi, saat mau berfoto keluarga dengan Rahmi, kami berdiri di sebelahnya tiba-tiba, Brooot!
Rombongan bubar menyelamatkan diri. Kukira Rahmi mengamuk, ternyata dia kentut! Hahaha. Foto yang dijepret Bang Yopie pun epik banget! Nggak ada pencitraan sama-sekali. Natural! Aselik! Haha.
Menurut cerita Pak Suko, gajah mengandung selama 22 bulan dan hanya satu bayi saja. Jadi, bayangkan kalau gajah diburu terus. Bakal punah! Hiks.
Ketika hari beranjak sore, kami pun pamitan. Pak Suko cerita kalau ia harus melatih seekor gajah kecil yang baru saja diselamatkan dari jeratan perambah di hutan. Belalainya terpotong dan kini ia harus dilatih untuk makan dengan kondisi cacat.
"Mau saya ajari untuk lebih waspada dengan manusia. Nggak semuanya baik,"
Kami tertegun. Terjawab sudah pertanyaan kami saat melihat gajah kecil di depan sana. Kami pun berpisah dengan Pak Suko. Sehat selalu ya, Pak.
Way Kambas ini menjadi salah satu andalan Lampung Timur di bidang pariwisata. Setiap tahun di Bulan November ada Festival Way Kambas, dimana kita bisa menikmati safari gajah.
Mobil terus memasuki kawasan, ada wisma atau penginapan yang kini dihuni para peneliti. Ada juga kolam untuk minum gajah yang luas, tepinya diberi semacam gazebo untuk duduk-duduk.
Bercanda dengan April di Way Kambas Foto: Indah Fajarwati |
Siang terik bikin aku mager sebenarnya, haha tapi penasaran dengan Way Kambas yang terkenal ini dan sampai pernah dijadikan lokasi film Cintaku di Way Kambas, dan kini nongol di The Nekad Traveler dengan pemeran utama pawang gajah nu kasep Babang Hamish Daud yang bikin gemeesh haha. Sunset di Way Kambas konon epik banget. Sayangnya, kami masih harus ke Taman Purbakala Pugung Raharja.
Di kejauhan, beberapa hewan darat terbesar di muka bumi ini nampak bersantai makan di padang rumput. Takjub, akhirnya bisa melihat gajah ini di padang luas, di habitat nya, bukan di kebun binatang atau sirkus, sedang beratraksi, hiks.
Gajah Sumatera terancam punah.
Semakin terdesak karena hutan yang semakin berkurang dan diburu perambah. Hewan cerdas dan tak pernah lupa ini sudah masuk kategori hewan langka yang dilindungi.
Diharapkan dengan adanya konservasi seperti ini, gajah Sumatera bisa berkembang biak, dan bisa dilihat anak cucu kita kelak. Nggak hanya dari gambar di buku. Taman Nasional Way Kambas ini ditetapkan sebagai warisan ASEAN sebagai pemghargaan atas usaha pemerintah melindungi gajah dan hewan lainnya.
Menurut artikel yang kubaca, ada dua tempat di Way Kambas ini, pertama konservasi gajah yang kami kunjungi, dan kedua, Way Kanan Resort untuk konservasi badak Sumatera. Untuk masuk konservasi badak harus mengantongi surat ijin dari dinas terkait. Kami tak sempat melongok badak, Insya Allah nanti kembali lagi yaa, hehe aamiin.
Kami turun dari mobil, mendekati seekor gajah yang sedang merumput. Awas, jangan sampai menginjak ranjau! Tahi gajah yang gede banget hihi.
Gajah kentut kamipun bubaar Foto: Yopie Pangkey |
Duh, rasanya ingin menyentuh hewan gagah ini. Bang Endri sibuk memperingatkan kami agar tak dekat-dekat gajah. Salah satu kaki si ganteng ini dirantai tapi tetap saja ya, mereka hewan liar yang tak bisa diprediksi. Bang Yopie nyaris disemprot gajah ketika mendekat dan Bang Endri jejeritan saja. Aku memilih pasang jarak aman, hihi.
Kami kembali naik ke mobil, dan berpapasan dengan seorang pawang yang mengurusi seekor gajah kecil dengan belalai pendek yang aneh.
"Mungkin dari lahir kayak gitu ya?" celetuk seseorang.
Kami terdiam.
Karena kepanasan, kami masuk mobil dan mengelilingi kawasan. Wah, ada rumah sakit gajah lho, gedungnya megah. Beruntung, saat berkeliling kami bertemu dengan pawang gajah, Pak Sukowiyono namanya. Beliau ramah dan antusias ketika kami ajak mengobrol.
Pak Sukowiyono sedang bersama tiga ekor gajah ketika kami datangi. Ia memperkenalkan diri, berasal dari Jawa Tengah. Hehe, pantas logatnya medok banget, Pak. Lelaki bertubuh agak tambun ini sudah menjadi pawang gajah di Way Kambas selama 22 tahun.
Pak Sukowiyono memperkenalkan Mela, Rahmi dan anaknya, April, gajah kecil lincah. Mela masih tahap dididik jadi masih perlu diawasi lebih. Pak Suko membawa tongkat kecil dan makanan berupa pisang untuk gajah.
Setiap Rahmi berpose, diberi makan oleh Pak Suko.
Pak Suko menyuruh Rahmi berpose ala poster iklan sarung gajah duduk dan kami boleh berfoto bareng, dekat sekali.
Bergantian kami memeluk Rahmi. Tubuhnya besar dan luar biasa tebal kulitnya dan kasar. Sedangkan April dan Mela, ikut-ikutan caper dan dihalau Pak Suko, hihi. Bahkan April sesekali nenen! Aak!
Betapa mudahnya jatuh cinta dan sayang pada mereka. Terik Way Kambas tak kami hiraukan.
Hilang sudah lelah perjalanan. Kami bertemu dan bercanda dengan April di Way Kambas! Bayi gajah yang jahil ini April bulan depan tepat berusia setahun lho. Selamat ulang tahun, April!
Alhamdulillah, terima kasih Ibu Bupati Lampung Timur, Ibu Nunik sudah mengundang Indonesia Corners!
Bang Indra dan Hanum bahkan dijepret sedang bercanda dengan Rahmi. Gemesin! Kocaknya lagi, saat mau berfoto keluarga dengan Rahmi, kami berdiri di sebelahnya tiba-tiba, Brooot!
Rombongan bubar menyelamatkan diri. Kukira Rahmi mengamuk, ternyata dia kentut! Hahaha. Foto yang dijepret Bang Yopie pun epik banget! Nggak ada pencitraan sama-sekali. Natural! Aselik! Haha.
Menurut cerita Pak Suko, gajah mengandung selama 22 bulan dan hanya satu bayi saja. Jadi, bayangkan kalau gajah diburu terus. Bakal punah! Hiks.
Ketika hari beranjak sore, kami pun pamitan. Pak Suko cerita kalau ia harus melatih seekor gajah kecil yang baru saja diselamatkan dari jeratan perambah di hutan. Belalainya terpotong dan kini ia harus dilatih untuk makan dengan kondisi cacat.
"Mau saya ajari untuk lebih waspada dengan manusia. Nggak semuanya baik,"
Kami tertegun. Terjawab sudah pertanyaan kami saat melihat gajah kecil di depan sana. Kami pun berpisah dengan Pak Suko. Sehat selalu ya, Pak.
Way Kambas ini menjadi salah satu andalan Lampung Timur di bidang pariwisata. Setiap tahun di Bulan November ada Festival Way Kambas, dimana kita bisa menikmati safari gajah.
Sedih banget belalai gajahnya ada yang luka, hiiks. Way Kambas dekat rumahku dulu, Mbk. 4 tahun tinggal di Way Jepara. Pengen ke sana lagi.
ReplyDeleteAh jadi makin kangen sama April. Huhuhu
ReplyDeleteYa Alloh, Rahmi itu gajah? Dan kentut pulak 😱😱😆😆
ReplyDeleteWaah seruu, kapan-kapan mau lah kalo diajak jalan-jalan ke Lampung ato kemana aja gitu, hehe
ReplyDeleteKeren mbak Dew... Aku belum kesampaian nih ke Way Kambas..
ReplyDeleteAh akhirnya mbak dedew bermain gajah. Gmana mbak setelah merasakan cuaca di Lampung Timur yg begitu gersang. Pas kemarin ke Way Kambas, pawang nya bilang awas hati" jangan dekat" sama gajah yg di ikat sama mereka. Takut nya ngamuk.
ReplyDeleteIni lagi syuting Film ya mbak
Gajah way kambas tak kalah lucu dan imut dari gajah thailand ya, suka banget ama gajah 😊😀
ReplyDeletePaling pol liat gajah di kandangnya, lha ini bisa main-main seru sama gajah. Jemfoool!!
ReplyDeleteSerunyaa.. pernah dulu naik gajah d gembiro loka. Empuk.geli gimanaa gtu
ReplyDeleteNice trip mbak
ih serunya bsia dekat dengan gajah2 itu
ReplyDeleteGajah itu hewan favoritku sejak kecil. Dulu waktu di KBS disuruh naik gajah gak mau karena kasihan. Haha. Terus pas baca tulisan-tulisan soal Way Kambas salah satunya punya mba Dedew kok aku jadi pengen nabung ke Lampung ya. :D Racun nih.
ReplyDeleteAsiknyaaaa,, baca cerita mbak dew yg seru kayaknya perlu menjadwalkan diri ke lampu g bulan november lihat safari gajah deh
ReplyDeleteNaik gajak 15rb murah ya... Tapi kesananya itu loh 😂😂😂 sayang gak liat badak ya.. Mupeng kesana
ReplyDeleteAku geli setiap kali melihat foto yang Rahmi mau kentut itu. Posenya asli semua :)
ReplyDeleteKalo Lampung selalu identik dengan Gajah, padahal kalo mau liat gajah di Lampung ya kudu ke Way Kambas dulu, hehehe... Adikku malah seumur-umur baru kesana tahun lalu, jalannya lumayan cihuy ya, Mbak. Penuh perjuangan tapi mengasyikkan :D
ReplyDeleteSaya pernah lihat gajah hanya di kebun binatang saja mbak Dew, itupun nggak berani dekat-dekat karena takut hehe
ReplyDeleteDuh kasihan ya gajah yang belakainya terpotong kena jerat dia jadi cacat, semoga sehat-sehat saja yaa :(
yaelaah ternyata Gajah bisa kentut juga ya mbaa. Ikh kereen dah bisa wisata ke waykambas mba Dedew :)
ReplyDeleteBacanya aja seru ya, semoga nanti bisa kesana juga. Aamin!
ReplyDeleteAku paling tertarik sama yg naik gajah masuk hutan itu loh, berasa petualang kali ya ;)
hahhaha kebayang gajahnya kentut..pasti mbak dan teman2 heboh ya.. semoga aku bisa dapat undangan ke lampung juga..biar bisa menikmati suasana lampung****ngarepngarepajah*** hahah
ReplyDeleteduhh, jadi makin mupeng ke Way Kambas eikeehh
ReplyDelete