Jelajah Ekowisata Mangrove Karangsong, Indramayu. Dear Pejalan Santai, Alhamdulillah, Selasa-Rabu lalu (2-3/8) aku diajak Pertamina untuk ikut Blogger Touring Pertamina Jelajah Energi Cirebon. Ya, selama dua hari kami menjelajahi Cirebon. Alhamdulillah, terwujud juga keinginanku jjs Cirebon, ya.
Begitu tiba di Stasiun Cirebon, tujuan pertama mengunjungi lokasi kilang minyak Jatibarang Field yang sudah kutulis ceritanya di blog www.dewirieka.com.
Setelah makan siang dan salat, rombongan meluncur ke Indramayu untuk mengunjungi Kawasan Ekowisata Mangrove Karangsong. Jarak dari Cirebon sekitar 40 km dan ditempuh dalam waktu satu jam. Bobok lagii, hihi.
Aku selalu tertarik mengunjungi hutan mangrove. Ini yang ketiga kalinya setelah hutan mangrove Desa Tapak di Semarang serta Pekalongan Mangrove Park di Pekalongan.
Takjub bagaimana mangrove berfungsi sebagai green belt atau pengamanan wilayah pesisir dan sebagai nursery ground atau habitat bagi hewan laut.
Kawasan ekowisata mangrove Karangsong merupakan program CSR RU VI Balongan, Indramayu. RU VI Balongan ini merupakan kilang keenam dari tujuh kilang milik Pertamina. Telah beroperasi sejak 1994, mengolah minyak mentah menjadi produk BBN, Non BBM dan Petrokimia.
Namun tak hanya berbisnis, pihak RU VI Balongan juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya dengan menanam mangrove di pesisir pantai yang rusak karena abrasi.
Duile, menanam bibit mangrove bukannya sudah biasa? Jangan salah, Pertamina tak hanya menanam tapi juga melakukan rehabilitasi mangrove di Pantai Karangsong ini. Ya, hutan mangrove ini mulai dirawat sejak tahun 2008.
Kemudian di tahun 2010, Pertamina mulai melakukan penanaman mangrove secara bertahap hingga 2015. Tak hanya itu, lewat program CSR Pertamina Hijau, mangrove yang ditanam tak ditinggalkan begitu saja tapi juga dirawat bersama penduduk sekitar Hutan Mangrove Karangsong. Saat ini, ada 23 jenis pohon dan mangrove.
Jangan salah, mangrove tak hanya bakau lho tapi banyak jenis lainnya. Pokoknya tanaman yang terpengaruh pasang-surut air laut termasuk kategori mangrove. Hehe, baru tahu aku!
Hutan Mangrove Karangsong ini terletak di Desa Karangsong, Indramayu. Memiliki luas sekitar 50 hektar. Keberhasilan Pertamina menanam pohon di kawasan ini membuat banyak pihak tertarik dan bergabung. Diantaranya aku lihat plang nama alumni IPB yang juga menyumbangkan bibit mangrove.
Sebelum mengunjungi Ekowisata Mangrove, kami diajak mengunjungi Rumah Berdikari. Sebuah rumah yang menjadi tempat berkumpul warga Desa Karangsong untuk belajar dan bekerja mengembangkan produk berbahan baku mangrove dan lainnya.
Rumah Berdikari ini nyaman penataannya dengan sebuah kios kecil yang memajang berbagai produk yang terbuat dari tanaman mangrove.
Keren kan, tidak hanya melestarikan lingkungan, hutan mangrove yang dikelola ini bisa menjadi sumber penghasilan warga sekitar dari sektor pariwisata dan kuliner.
Bagian belakang rumah adalah tempat mengolah produk alias ruang kerja. Di sana, para penduduk sedang membuat kerajinan dari kayu mangrove.
Begitu tiba, kami langsung disuguhi berbagai jenis produk berbahan baku mangrove dengan kemasan cantik.
Mengusung merek Jackie Gold, para penduduk berhasil memproduksi kecap mangrove dari kacang kerandang, dodol mangrove terbuat dari buah pidada, peyek mangrove dari daun wrakas hingga sirup mangrove berbahan buah pidada nan segar. Kereen!
Oh iya, Kalian bisa memesan berbagai produk UMKM binaan Pertamina RU VI Balongan dengan menghubungi telepon Ibu Suhermi di 0878-2242-2291.
Oh iya, baru-baru ini diadakan pelatihan pemandu wisata lho di Karangsong, pesertanya yang terdiri dari penduduk desa bersemangat menimba ilmu. Rencananya, mereka dipersiapkan untuk jadi pemandu wisata di ekowisata mangrove ini. Kecee!
Puas mencicipi berbagai penganan dan minuman yang terbuat dari mangrove, kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Ekowisata Mangrove Karangsong Indramayu. Tak lama kemudian, kami tiba!
Untuk masuk kawasan ekowisata mangrove Karangsong, kita membayar Rp15.000 sudah termasuk naik perahu yang terasa syahdu menyusuri sunyinya hutan bakau jelang sore. Berbagai jenis burung dapat kita nikmati di sini karena membaiknya keadaan hutan mangrove. Emejing!
Kami diajak menikmati arboretum yang berisi berbagai jenis pohon dan tumbuhan yang tumbuh di tepi pantai. Arboretum ini menjadi tempat pembelajaran anak sekolah tentang jenis tumbuhan.
Ada beberapa gazebo kayu dibangun untuk bersantai. Puas menikmati Pantai Karangsong, kami trekking menyusuri pantai dan tiba di area hutan mangrove yang Instagramable banget, hehe. Jalur trekkingnya sekitar 1,2 km dengan jalur bambu sepanjang 700 meter.
Tak lama, kami memasuki hutan, waaa! Asyik banget menyusuri jembatan bambu dengan pemandangan hutan bakau sepanjang jalan. Jadi ingat film Swampthing waktu SD, wkwkw. Jembatan bambu ini diperbaiki secara berkala oleh penduduk desa sehingga aman dilalui.
Tak heran, ekowisata mangrove Karangsong ini menjadi tujuan wisata favorit warga Cirebon dan sekitarnya. Apalagi akhir pekan dan hari libur, meriah!
Lelah berjalan kaki, kita bisa istirahat di gazebo atau naik gardu pandang. Pemandangannya cakeep. Oh iya, main di hutan ini maksimal pukul 17.00 ya untuk keamanan dan keselamatan pengunjung.
Ah, asyik banget jelajah Ekowisata Mangrove Karangsong, Indramayu bersama Pertamina. Keren deh Pertamina menebarkan energi positif lewat berbagai program CSR nya yang berkesinambungan. Keep up the great work!
Photo Courtesy of
www.ceritaeka.com,
www.ngiderngiler.com
& www.dananwahyu.com
jepretan Kang Dicky ngiderngiler.com |
Begitu tiba di Stasiun Cirebon, tujuan pertama mengunjungi lokasi kilang minyak Jatibarang Field yang sudah kutulis ceritanya di blog www.dewirieka.com.
Setelah makan siang dan salat, rombongan meluncur ke Indramayu untuk mengunjungi Kawasan Ekowisata Mangrove Karangsong. Jarak dari Cirebon sekitar 40 km dan ditempuh dalam waktu satu jam. Bobok lagii, hihi.
Rumah Berdikari di Karangsong Indramayu (Foto: www.dananwahyu.com) |
Aku selalu tertarik mengunjungi hutan mangrove. Ini yang ketiga kalinya setelah hutan mangrove Desa Tapak di Semarang serta Pekalongan Mangrove Park di Pekalongan.
Takjub bagaimana mangrove berfungsi sebagai green belt atau pengamanan wilayah pesisir dan sebagai nursery ground atau habitat bagi hewan laut.
Kawasan ekowisata mangrove Karangsong merupakan program CSR RU VI Balongan, Indramayu. RU VI Balongan ini merupakan kilang keenam dari tujuh kilang milik Pertamina. Telah beroperasi sejak 1994, mengolah minyak mentah menjadi produk BBN, Non BBM dan Petrokimia.
Produk berbahan baku mangrove dari sirup hingga peyek |
Namun tak hanya berbisnis, pihak RU VI Balongan juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya dengan menanam mangrove di pesisir pantai yang rusak karena abrasi.
Duile, menanam bibit mangrove bukannya sudah biasa? Jangan salah, Pertamina tak hanya menanam tapi juga melakukan rehabilitasi mangrove di Pantai Karangsong ini. Ya, hutan mangrove ini mulai dirawat sejak tahun 2008.
Kemudian di tahun 2010, Pertamina mulai melakukan penanaman mangrove secara bertahap hingga 2015. Tak hanya itu, lewat program CSR Pertamina Hijau, mangrove yang ditanam tak ditinggalkan begitu saja tapi juga dirawat bersama penduduk sekitar Hutan Mangrove Karangsong. Saat ini, ada 23 jenis pohon dan mangrove.
Jangan salah, mangrove tak hanya bakau lho tapi banyak jenis lainnya. Pokoknya tanaman yang terpengaruh pasang-surut air laut termasuk kategori mangrove. Hehe, baru tahu aku!
jepretan Danan Wahyu www.dananwahyu.com |
Hutan Mangrove Karangsong ini terletak di Desa Karangsong, Indramayu. Memiliki luas sekitar 50 hektar. Keberhasilan Pertamina menanam pohon di kawasan ini membuat banyak pihak tertarik dan bergabung. Diantaranya aku lihat plang nama alumni IPB yang juga menyumbangkan bibit mangrove.
Sebelum mengunjungi Ekowisata Mangrove, kami diajak mengunjungi Rumah Berdikari. Sebuah rumah yang menjadi tempat berkumpul warga Desa Karangsong untuk belajar dan bekerja mengembangkan produk berbahan baku mangrove dan lainnya.
welcome to Ekowisata Mangrove Karangsong Indramayu |
Rumah Berdikari ini nyaman penataannya dengan sebuah kios kecil yang memajang berbagai produk yang terbuat dari tanaman mangrove.
Keren kan, tidak hanya melestarikan lingkungan, hutan mangrove yang dikelola ini bisa menjadi sumber penghasilan warga sekitar dari sektor pariwisata dan kuliner.
Bagian belakang rumah adalah tempat mengolah produk alias ruang kerja. Di sana, para penduduk sedang membuat kerajinan dari kayu mangrove.
arboretum dan gazebo tepi Pantai Karangsong |
Begitu tiba, kami langsung disuguhi berbagai jenis produk berbahan baku mangrove dengan kemasan cantik.
Mengusung merek Jackie Gold, para penduduk berhasil memproduksi kecap mangrove dari kacang kerandang, dodol mangrove terbuat dari buah pidada, peyek mangrove dari daun wrakas hingga sirup mangrove berbahan buah pidada nan segar. Kereen!
Oh iya, Kalian bisa memesan berbagai produk UMKM binaan Pertamina RU VI Balongan dengan menghubungi telepon Ibu Suhermi di 0878-2242-2291.
Oh iya, baru-baru ini diadakan pelatihan pemandu wisata lho di Karangsong, pesertanya yang terdiri dari penduduk desa bersemangat menimba ilmu. Rencananya, mereka dipersiapkan untuk jadi pemandu wisata di ekowisata mangrove ini. Kecee!
Puas mencicipi berbagai penganan dan minuman yang terbuat dari mangrove, kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Ekowisata Mangrove Karangsong Indramayu. Tak lama kemudian, kami tiba!
indahnya Mangrove Karangsong jepretan Eka www.ceritaeka.com |
Untuk masuk kawasan ekowisata mangrove Karangsong, kita membayar Rp15.000 sudah termasuk naik perahu yang terasa syahdu menyusuri sunyinya hutan bakau jelang sore. Berbagai jenis burung dapat kita nikmati di sini karena membaiknya keadaan hutan mangrove. Emejing!
Kami diajak menikmati arboretum yang berisi berbagai jenis pohon dan tumbuhan yang tumbuh di tepi pantai. Arboretum ini menjadi tempat pembelajaran anak sekolah tentang jenis tumbuhan.
Ada beberapa gazebo kayu dibangun untuk bersantai. Puas menikmati Pantai Karangsong, kami trekking menyusuri pantai dan tiba di area hutan mangrove yang Instagramable banget, hehe. Jalur trekkingnya sekitar 1,2 km dengan jalur bambu sepanjang 700 meter.
Tak lama, kami memasuki hutan, waaa! Asyik banget menyusuri jembatan bambu dengan pemandangan hutan bakau sepanjang jalan. Jadi ingat film Swampthing waktu SD, wkwkw. Jembatan bambu ini diperbaiki secara berkala oleh penduduk desa sehingga aman dilalui.
Tak heran, ekowisata mangrove Karangsong ini menjadi tujuan wisata favorit warga Cirebon dan sekitarnya. Apalagi akhir pekan dan hari libur, meriah!
gardu pandang |
Lelah berjalan kaki, kita bisa istirahat di gazebo atau naik gardu pandang. Pemandangannya cakeep. Oh iya, main di hutan ini maksimal pukul 17.00 ya untuk keamanan dan keselamatan pengunjung.
Ah, asyik banget jelajah Ekowisata Mangrove Karangsong, Indramayu bersama Pertamina. Keren deh Pertamina menebarkan energi positif lewat berbagai program CSR nya yang berkesinambungan. Keep up the great work!
Photo Courtesy of
www.ceritaeka.com,
www.ngiderngiler.com
& www.dananwahyu.com
Wah, asik ni bisa jalan di tempat yang masih segar begini :)
ReplyDeleteIya seru bai..yuk lanjut Cirebon, abis dari ASUS, gak begitu jauh..
DeleteHutan mangrovenya seger gitu ya mba. Bisa menjejah dengan perahu. Asyik banget. Oh ya, jembatan bambunya aman ya.
ReplyDeleteAman mba, dicek berkala dan diganti kalau sudah kurang aman..soalnya jalan bambunya jauh juga memutar hutan..
DeleteTempat wisatanya keren banget kayak mangrove di rembang.
ReplyDeleteAku penasaran yang di Rembang, blom sempat pas ke sana..
DeleteSetiap mudik pengen singgah di Indramayu, tapi nggak kesampaian juga. Ternyata ada mangrove yang indah ini...Musti benar-banar mampir nih lain kali :)
ReplyDeleteIyaa, biasanya aku juga lewat aja :)
DeleteBanyak contekan nih buat pengembangan spot2 mangrove di sekitar Lombok Timur, kampungku.
ReplyDeleteTerutama produk2 kuliner olahannya.
TFS Mbak Dew..^_^
Aku penasaran sama peyek mangrove. Itu peyek kayak biasa? Apanya yang dibikin peyek dari mangrove mbak Dew? Enak?
ReplyDeletePenasaran sama peyek dan sirup mangrovenya 😊
ReplyDeleteApik mangrove nya ijo2 segerr
ReplyDeleteAkhirnya keinginan mb dew tercapai, hore..:)
ReplyDeleteAku blm pernah kesini mb, padahal deket dr rumah mertua hehe..
Mb dew, produk olahan mangrove nya enak nggak? pernah baca jg dulu tp blm pernah nyoba :D
duhhh liat artikel n foto2nya jadi pengen jalan2 ke sana, tapi jauhhh ;p
ReplyDeletegak sangka dan baru tahu kalau pohon mangrove bisa diolah yang produk berdaya saing tinggi.
ReplyDeleteterima kasih sudah share cerita.
ReplyDeleteseru ya.. bisa lihat hasil pohon mangrove yang berdaya saing tinggi