Moleknya Matahari Tenggelam di Bukit Cinta, Rawa Pening

Matahari sembunyi malu-malu.

Terik Mentari tak terasa lagi, Ia yang tadinya garang kini menjinak seiring waktu berjalan. 

Bukit Cinta di sore hari cukup gempita. 

Beberapa pasangan duduk-duduk di kursi taman menghadap Rawa Pening. Kota Ambarawa memang indah pemandangan alamnya. Wilayahnya dikelilingi tiga gunung yaitu Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Bayangkan indahnya pemandangan ketika langit sedang cerah. 

Moleknya Matahari Tenggelam di Bukit Cinta, Rawa Pening

Bukit Cinta pun tak kalah indah. Kawasan wisata ini kian bersolek.

Seorang ibu menggandeng anak balita  berjalan menikmati semilir angin. Seorang anak tanggung mengendalikan layangan bersama teman-teman sebayanya. Menggunakan angin sepoi-sepoi menerbangkan asanya. 

Rawa Pening yang tenang permukaannya membawa kebahagiaan tersendiri bagi yang menatapnya. Di kejauhan, beberapa perahu nelayan nampak berlabuh. Beberapa perahu berbahan kayu merapat di dermaga. 

Sore yang tentram.

Danau cantik ini memiliki luas 2670 hektar.  Danau luas ini berada di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang. Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru mengapit danau yang memiliki kedalaman lima meter ini.  

Moleknya Matahari Tenggelam di Bukit Cinta, Rawa Pening

Aku teringat legenda Rawa Pening, sebuah fragmen yang turun-temurun dikisahkan sebagai pengantar tidur. Kisah asal-muasal terbentuknya Rawa Pening yang melegenda. 

Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta. Mereka tinggal di Desa Ngasem yang berada di lembah antara Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu. Pasangan yang belum dikaruniai buah hati ini terkenal penolong dan dihormati warga desa. 

Suatu pagi, Nyai Selakanta menuturkan ingin memiliki anak pada suaminya. Mendengar pinta istrinya, Ki Hajar meninggalkan rumah untuk bertapa mencari petunjuk di Gunung Telomoyo.

Tak lama kemudian, Nyi Selakanta mengandung. Wajahnya cantik berseri. Saat tiba waktunya melahirkan, betapa pasinya ia ketika mengetahui anaknya adalah seekor naga. Anak itu pun dinamai Baru Klinthing, sama seperti nama tombak pusaka ayahnya. 

Moleknya Matahari Tenggelam di Bukit Cinta, Rawa Pening

Nyi Selakanta berniat membawa anaknya menyepi di Bukit Tugur kelak agar tak diketahui warga desa. Ketika Baru Klinthing beranjak besar, ia mencari ayahnya. Nyi Selakanta bertitah agar anaknya pergi menyusul ayahnya ke Gunung Telomoyo. 

Begitu bapak dan anak bertemu, Baru Klinthing langsung bersujud. Ki Hajar terkejut melihat rupa anaknya. Ia tak percaya Baru adalah putranya walau pun membawa tombak pusaka. Ia menyuruh Baru berkeliling Gunung Telomoyo. Anak itu berhasil mengelilingi gunung secepat kilat. Barulah, sang bapak percaya Baru adalah anaknya. Ia menyuruh Baru Klinthing bertapa di Bukit Tugur agar bisa berubah jadi manusia. 

Moleknya Matahari Tenggelam di Bukit Cinta, Rawa Pening

Suatu hari, warga Desa Pathok yang terkenal angkuh bermaksud mengadakan Sedekah Bumi. Mereka lalu berburu di sekitar Bukit Tugur. Baru Klinthing tertangkap dan dipotong-potong warga untuk disantap saat acara. 

Saat acara sedang berlangsung, datanglah seorang pengemis dengan tubuh penuh luka. Ia meminta makan pada warga tapi mereka mengusirnya. Di tengah jalan, ia bertemu seorang nenek bernama Nyi Latung yang memberinya makanan. Baru berterima kasih dan meminta sang nenek untuk menyiapkan lesung jika mendengar gemuruh air. 

Baru Klinthing kembali ke pesta dan menancapkan sebatang lidi. Ia menantang siapa pun yang bisa mencabut lidi itu, tapi tak ada yang sanggup. Baru Klinthing mencabut lidi itu dan keluarlah air bah yang menenggelamkan seluruh desa. Desa ini berubah menjadi danau yang diberi nama Rawa Pening. Baru Klinthing mencari Nyi Latung yang sedang berada di atas perahu dari lesung. Baru Klinthing pun berubah kembali menjadi naga untuk menjaga Rawa Pening. 

Bukit Cinta di Rawa Pening, Ambarawa

Sebuah dongeng yang magis. Legenda ini dijadikan relief di dekat pintu masuk Bukit Cinta. 

Aku menatap Rawa Pening yang luar biasa luas. Mengira-ngira bagaimana kabar Baru Klinthing? 

Bukit Cinta kini menjadi tempat wisata yang indah dan nyaman. Pemerintah Kabupaten Semarang telah menyulap tempat yang biasa-biasa saja menjadi lebih indah dan tertata rapi. Bukit Cinta yang berlokasi di Desa Kebondowo, Banyubiru ini ramai dikunjungi wisatawan untuk menikmati keindahan Rawa Pening. Bukit Cinta juga menjadi tempat Rawa Pening Performance Art & Festival dihelat setiap tahun. 

Saat festival bulan Juli, pengunjung akan berbondong-bondong ke Bukit Cinta untuk menikmati berbagai sajian tari tradisional yang rancak dari berbagai grup kesenian di Kabupaten Semarang. Tak hanya itu, ada bazar kuliner tradisional, lomba hias perahu, hingga sedekah bumi, meriah!

Moleknya Matahari Tenggelam di Bukit Cinta, Rawa Pening
Datanglah ke sini pada pagi atau sore hari agar kamu bisa menikmati keindahan danau dengan tubuh lebih sejuk. Ada beberapa gazebo yang bisa kamu gunakan untuk berpiknik. Jangan lupa, buang sampah pada tempatnya ya. 

Kawasan wisata ini lebih tertata rapi dan bersih. Kamu bisa duduk-duduk di kursi yang disediakan di sepanjang dermaga sambil menikmati kecantikan Rawa Pening. Eceng gondok yang dulunya memenuhi danau kini berkurang drastis. Tepi danau menjadi lebih rapi dan indah. 

Kamu bisa mengajak keluarga untuk naik perahu berkeliling danau. Ada pula fasilitas jet ski yang bisa disewa dengan pendamping khusus. Mengapa perlu pendamping? Demi keamanan kamu saat naik jet ski. Walau pun terlihat tenang, Rawa Pening dalam sekali dan alirannya deras. 

Kamu juga bisa masuk ke museum Pamer Ikan untuk melihat-lihat ikan di akuarium. Terus, bisa naik ke atas bukit menyusuri tangga ke tempat petilasan. Dari atas bukit, pemandangannya cantik lho. Ada kafe di area Bukit Cinta dan toko oleh-oleh di pintu masuk. Aneka keripik berbahan ikan seperti keripik wader dan keripik keong bisa kamu beli. 

Ah, matahari kian tergelincir menguarkan sinar oranye. Udara makin sejuk. Aku merapatkan jaket, lalu bangkit dari kursi besi yang dingin ini untuk meninggalkan Rawa Pening dan soulmatenya, Bukit Cinta. Suatu hari, aku akan kembali bersama orang terkasih.  

Sampai jumpa lagi, Baru Klinthing!




Comments

  1. Beberapa waktun lalu saya berkunjung ke Bukit Cinta ini, kemajuannya sangat pesat. Tempatnya menjadi indah dan ditata dengan cantik hingga menarik wisatawan untuk berkunjung kesana.

    ReplyDelete
  2. Ternyata seperti itu legenda Rawa Pening 😃👍 Tempat ini belum sempat aku sambangi, hanya lewat saja. Bisa wisata kuliner juga ya. Ada pameran ikan, tarian tradisional juga menarik sekali. Piknik bersama keluarga sambil memandangi rawa yang cantik di pagi atau sore hari pasti betah.

    ReplyDelete
  3. Menarik sekali cerita asal muasal rawa peningnya. Apakah di tempat wisata tsb ada di pajang juga cerita ini? Tentunya akan menambah nilai wisata disini jika ada ya. Sayang kmrn ke Semarang aku belum tau tempat ini. Tar kalau kesana lagi mau mampir ah. Thx infonya

    ReplyDelete
  4. Bukit Cinta memang...apalagi sembari membayangkan si Baru Klinthing tersebut... Tapi jujur saya dah lama nggak ke sana lagi

    ReplyDelete

Post a Comment